Langsung ke konten utama

Seminar, Gus Nadirsyah Hosen

 Seminar yang diadakan di Pondok Pesantren Al Anwar 3 pada Sabtu, 14 oktober 2023 itu bertemakan tentang "Menjadi Muslim yang Baik di Australia" 


Beliau merupakan profesor di Universitas Monash Australia. Beliau bercerita bahwa , Abah beliau melarang Mahasiswanya ataupun alumnus IIQ (Institut Ilmu al Qur'an) untuk kuliah di Barat, tapi tidak untuk Gus Nadir. Beliau harus kuliah di Barat karena harus menaklukan orang luar dan yakin tidak akan terpengaruh.

Tantangan itu memang benar adanya ketika banyak sekali kultur-kultur yang diharamkan Islam dilakukan di Barat maupun di Australia seperti cipika cipiki setiap kali bertemu kawannya.

Banyak juga permasalah-permasalahan tentang hukum islam yang beliau dan mahasiwa muslim alami. Beliau mencontohkan cerita yang lucu dan berkesan tentang cara berwudlu mahasiswa muslim di wastafle dengan mengangkat kaki yang menjadikan mahasiswa lain ridak nyaman. Permasalahn ini pun sampai ke telinga para atasan (dosen rektor dll) hingga dipisahlah kamar mandi khusus muslim. Namun hal itu justru menimbulkan masalah lain yang berkaitan dengan diskriminasi.


Beliau bercerita juga bahwa ketika menjadi dosen matkul Hukum Islam adalah salah satu kesempatan besar bagi beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan mahasiswa non muslimnya tentang Islam. Meskipun banyak pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan dianggap memojokkan bagi muslim lainnya. Seperti yang dialami mahasiswa muslimnya. Dia merasa terpojok dan diserang dengan pertanyaan-pertanyaan itu, tapi beliau malah senang karena memiliki peluang. 

 

Seminar pada sabtu malam itu juga dimeriahkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari Mahasantri.


Diskusi 1 : 

Tentang orang yang kalau telinganya ditutup itu bakal bicaranya lebih keras, padahal orang yang diajak bicara juga bisa dengar meskipun dia bilang pelan. Hal itu dikaitkan dengan keadaan di dunia medsos saat ini dimana banyak orang-orang yang sukanya berkoar-koar tanpa banyak ilmu (mendengar). Jadi bertanyalah dengan adab dan menjawab lah dengan ilmu. Beliau pernah sowan dan bertanya kepada Gus Dur, kemudian Gus Dur tidak langsung menjawab tapi dialihkan dulu pada kyai lain. Begitu juga ketika sowan kepada Gus Mus, Gus Mus mengutus beliau untuk bertanya dulu pada kakaknya KH. Kholil Musthofa. Begitulah orang yang memiliki ilmu.


Diskusi 2 :

Tentang gender transgender LGBT. Beliau pernah menulis dalam artikelnya bahwa ada beberapa khalifah zaman dulu itu yang sodomi (gay) pertanyaannya apakah mereka yang muslim juga masih dapat dikatakan beriman ?.

 Masalah iman dan tidak itu intinya hanya Allah yang tahu, masalah dosa dan tidak hanya Allah yang menilai. Beliau bercerita punya colega laki-laki yang baik tapi dia transgender, dan memiliki orientasi seksual yang berbeda. Meskipun begitu, beliau tidak pernah membenci pribadi temannya karena beliau juga merasa tidak pernah disakiti, tapi beliau berhak mengingkari perbuatannya dalam hatinya. Jangan benci pribadi seseorang karena ada Ruh Suci Tuhan dalam penciptaannya tetapi tidak dengan perilakunya. 


Diskusi 3 : 

Tentang potongan ayat ادخلوا في السلم كافه. Bahwa Islam kafah itu kalau dalam salah satu tafsir al Qur'an diartikan sebagai orang Islam. Kalaupun itu yang dimaksud orang Islam berarti semua aspek kehidupannya harus dengan apa yang diajarkan nabi dan Al Qur'an. Tetapi, silmi kafah ada juga yang bisa diartikan bagaimana seorang muslim menjalankan keimanannya dengan sekuat tenaga (berusaha maksimal). 


Kesimpulan pada seminar itu intinya adalah menajdi Muslim di Australia maupun di luar negeri yang notabene tidak negera Muslim harus punya banyak ilmu.

Komentar